Judul buku : A Necklace of Raindrops And Other Stories
Pengarang : Joan Aiken (pengarang) & Jan Pienkowski
(ilustrator)
Bahasa : Inggris
Penerbit : Puffin Books (England)
Tahun terbit : 1975
Halaman : 125
Halaman : 125
Ukuran : 10 x 15 cm
Berhubung yang bertugas ngisi rubrik Aksarapedia di Aksarayana #4 kali ini adalah
si Gie, jadinya yang dibahas buku beginian, deh: dongeng fantasi anak <3
“A Necklace of Raindrops” ini
bukan novel, melainkan sebuah kumcer. Untuk anak-anak. Sangat fantasiyah. Yang
saya temukan di sebuah bazaar buku progdi Jerman kampus saya. Dan saya dikasih
gratis sama orang Jermannya―karena sudah robek-robek, katanya―yang saya balas
dengan ucapan terima kasih berkali-kali. Ah, betapa saya sudah jatuh cinta
dengan buku ini tepat pada saat mata saya bertumbuk dengan covernya yang manis!
Dibuka dengan “A Necklace of
Raindrops”, bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Laura yang tiap
ulang tahunnya diberi setetes air hujan oleh Angin Utara. Berkat kekuatan
kalung-air-hujan itu, Laura bisa menghentikan dan menurunkan hujan sesuka
hatinya! Malang, kalung itu dicuri dan ia harus mengejar hingga ke daratan
Arabia karena kalung itu akan diberikan pada seorang putri sebagai hadiah!
Disusul “The Cat Sat on the
Mat” yang membuat saya terpingkal: tidak punya baju lain, seorang anak
perempuan ikut dijemur bersama bajunya yang baru dicuci! Selanjutnya ada kue
pai terbang karena adonannya tercampur sejumput Langit! Kucing yang membesar
karena minum susu bercampur ragi! Harimau yang mampu berlari lebih cepat dari
angin!
Kekuatan cerita-cerita Aiken
ini adalah gaya berceritanya yang sungguh “dongeng”. Narasi yang interaktif
dengan pembaca, kalimat-kalimat pendek—yang pastinya akan digemari anak-anak, nama tokoh yang mudah
diingat, latar tempat yang memang ada di dunia nyata (yang―hebatnya―tidak
memudarkan efek fantasiyahnya!),
deskripsi pun amat
apik. Juga: nyanyian, yang merupakan
nilai sangat-plus dalam cerita anak!
Satu hal lagi, walau
se-fantasiyah apapun ceritanya, Aiken selalu menggunakan makhluk atau barang
yang mudah dibayangkan oleh anak-anak: gajah, kucing, kue pai, permadani,
kereta. Jangan harap seorang anak mau membaca cerpen fantasi yang isinya
tentang spesies baru yang bahkan mendeskripsikannya bikin
dahi berkerut: Zyoikn, makhluk mirip ikan
dengan tanduk dan sirip bercakar yang hidup di planet Wuopge. Aduh, anak mana yang nafsu buat baca narasi sesulit itu? Saya
aja males hehe~
Kurang lengkap rasanya kalau
tidak membahas ilustrasinya. Masih ingat saya bilang kalau saya jatuh cinta
berkat cover? Warna jingga-nila-merahmuda
yang manis dan lembut, seperti saya (lho?), begitu menggoda! Sayangnya, saya enggak begitu
paham soal ilustrasi, jadi saya sulit menuliskan gaya gambar Pienkowski. Yang
mencolok adalah bahwa ia menggambar makhluk hidup dengan siluet-siluet hitam.
Jadi, baik si Laura, Angin Utara, Putri Arabia, si kucing, si harimau, SEMUA
hanya siluet hitam. Yang penuh warna hanyalah latar belakangnya. Tapi, yah, itu, jadi pembaca bisa sesuka hati
membayangkan wajah dan ekspresi para tokoh!
Eerr... apalagi ya? Ah, pesan
moral. Sebuah cerita anak musti ada pesan moral, dong~ Aiken―lagi-lagi―membuat
takjub saya, pesan moralnya disampaikan begitu halus, tidak menggurui!
Seperti pada cerita “The Three
Travellers”, dimana dua pelancong pergi ke tempat yang sudah mereka ketahui medannya,
sedangkan seorang sisanya
mencoba pergi ke arah yang tidak pernah dicoba teman-temannya. Akhirnya ia
menemukan sebuah tempat indah yang belum pernah dikunjungi siapapun! Ia pun mengajak
teman-temannya ke sana. (cerita favorit saya, walau fantasinya tidak begitu
kuat, eniwei)
Apa yang didapat seorang anak
dari cerita “The Three Travellers” itu? Bahwa mencoba hal baru
akan membuka kesempatan baru; pantang menyerah akan membawa hasil
memuaskan;
berbagi dengan teman akan membuat apapun yang dibagi terasa lebih
menyenangkan.
Waduh, saya kok jadi
berpanjang-lebar begini? Kalau enggak berhenti, bisa-bisa satu Aksarayana
isinya cuman review buku dongeng dari
saya hehe...
Kesimpulannya, “A Necklace of
Raindrops” ini salah satu karya fantasi anak yang sukses! Seribu
sayang, kini tidak akan ada lagi karya baru dari Aiken—beliau sudah meninggal
tahun 2004.
Nah, bukankah sekarang
giliran yang muda? Ayo,
penulis Indonesia, coba ramaikan literasi anak :)
Gie
-yang ingin koleksi dongeng anaknya bertambah-