Cek di sini

Selasa, 25 Agustus 2015

[Review] The Wolf and the Hungry Boy by Refrainbow



Gak usah pake basa-basi pembukaan lah ya. Langsung aja. (Bingung mau pembukaan gimana soalnya ahahaha~)

“The Wolf and the Hungry Boy” ini komik indie yang langsung menarik minat saya semenjak baru di-publish secara online di sini. Awalnya cuma kebetulan liat ada temen Facebook yang nge-share tautannya dari akun Rayda, empunya Refrainbow ini. Sekali liat, saya langsung demen nuansa ilustrasi dan ceritanya—apalagi saya memang demen cerita-cerita fairy tale-ish.

Ah, bahasan soal konten cerita saya tunda dulu, mari kita lihat fisik bukunya.

Pertama dan terutama!!! Saya kecewa beraaaaaat dengan cetakannya. K-E-C-E-W-A B-E-R-A-T. Entah ini karena emang percetakannya gak bagus, atau emang sayanya aja yang lagi bernasip naas dan hanya punya saya aja yang cetakannya jelek *hiks*
Isi buku punya saya penuh bercak-bercak putih di TIAP halaman sebelah kiri ||orzzzz Kasihanilah sayaaaaa uweweweweweweeee~~~!!! Kalo cuma 1-2 halaman sih masih oke ya, masih bisa diterima. Ini mah dari depan sampe belakang, Emaaaaaak Q____Q Hidup ini tidak adiiiiillll wowowowowo!!!


Minggu, 16 Agustus 2015

[Cerpen] Bernard dan Lil (Beruang dan Monyet Kecil)

Bernard dan Lil (Beruang dan Monyet Kecil)

Duniamimpigie



“Kau yakin ini tempatnya, Lil?”

Pria dengan ukuran tubuh yang membuatnya berkesan mirip beruang itu bertanya, sekedar memastikan.

Yang ditanya kontan melancarkan tendangan ke betis si beruang―dengan tingginya itu, hanya sebatas itu yang mampu kakinya capai. “Sudah dari tadi kubilang, bukan! Otakmu tuh otak ikan, ya? Atau udang? Bernard, kau tolol banget sih,” suara nyaring anak kecil menyusul.

Tidak sakit, bahkan tidak berasa apa-apa; tendangan itu terlalu ringan dan kecil untuk si beruang.

“Hei, kalau selalu ngomong kasar begitu, kau tidak akan tumbuh tinggi, Lil. Dan panggilanmu akan terus ‘Lil’ meski kau sudah tua nanti,” kekehnya yang berlanjut menjadi derai tawa singkat. Jemarinya yang raksasa itu mengacak-acak topi pet yang menutupi rambut pirang kusam anak kecil di sampingnya―saking jauhnya perbedaan tinggi mereka, hanya ujung jemari sang beruang yang bisa menyentuh si bocah.

“Jadi, siapa yang akan membuka pintu ini? Aku? Atau kau?” balas si bocah sambil menepis jemari si beruang dari kepalanya dan membetulkan posisi topi petnya. Dari saku kanan jaketnya lantas ia mengeluarkan serenceng benda logam: beragam ukuran peniti, kawat besi, jepit rambut, sampai kunci kecil. “Aku yakin punya yang untuk jenis pintu ini,” imbuhnya sambil memilah-milah, lidahnya menyisiri bagian dalam deretan gigi atasnya bolak-balik—kebiasaannya saat berkonsentrasi.

“Tergantung mau dilakukan secara heboh atau tidak, Lil,” balas si beruang untuk pertanyaan si bocah. “Aku sih suka yang heboh,” lanjutnya, ada kesan geli dalam suaranya.

“Dan aku tidak,” pungkas si bocah sambil mulai memasukkan sebuah peniti berukuran sedang ke lubang kunci di pintu di hadapan mereka.

Si beruang yang dipanggil Bernard hanya angkat bahu. “Kalau aku yang kerjakan, hanya butuh satu detik untuk membuka pintu ini―bahkan mungkin tidak sampai. Kalau kau...” dia menimbang sejenak, “kali ini mungkin lima menit?”

“Tiga.”

“Baik, baik. Lima,” disusul dengus tawa mengejek saat si bocah memelototinya jengkel. “Orang bebas berpendapat, Lil,” ujarnya membela diri, yang sayangnya, membuat bocah emosian itu akhirnya meledak.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Nyoba Nge-Blog (Lagi)

Ini sebenernya gara-gara saya merasa enggak ada lapak buat naruh cerpen-cerpen saya :"(
Maksud saya... yah, selama ini memang biasa majang di Kemudian, tapi karena udah lama vakum di sana (selain karena di sana makin sepi), saya makin kesulitan nyari lapak baru.
Nge-post cerpen di Facebook bukan pilihan bagus, menurut saya. Karena selain pembacanya temen-temen sendiri, saya juga ogah membuka setting-annya jadi public. 
Ditambah lagi, saya perlu tempat curhat *apa mungkin ini alasan utamanya? :p * dan tempat buat naruh review-review karya indie kawan-kawan saya--lagi-lagi karena kalau di Facebook khawatir tenggelam dengan cepat dan susah di-tracking kembali.

Begitulah.
Jadi, intinya saya mulai menghidupkan blog saya yang udah ditinggalin dan jadi sampah dunia maya sejak tahun 2011.
Semoga kali ini saya konsisten.
Ya, begitulah.
Haha~
/si Anggi gak jelas bener nih/

Eniwei, silakan sering-sering mampir ke sini ya! Supaya si Gie makin rajin juga nge-post di sini :p

Koleksi Buku Anak Bergambar si Gie #1









Buku anak dan dongeng bergambar memang gak pernah bikin si Gie bosen hehe o(*>ω<*)o
Kalau diurutin dari yang paling mahal (dan sulit mendapatkannya juga, tentu), itu yang "The Kingdom Under the Sea" buatan Joan Aiken dan Jan Pienkowski (udah pada lihat review saya untuk karya mereka yang lain, "A Necklace of Raindrops"?
Saya sampai perlu menghubungi beberapa toko buku online dan membanding-bandingkan harga yang mereka tawarkan. Ini pun akhirnya saya beli yang bekas (tapi kondisinya masih sangaaaaat mulus!!! ヾ(〃^∇^)ノ♪ ) meski dengan harga yang masih tergolong "WAH" juga, hiks ;______;

Selanjutnya mungkin yang paling bawah, gerombolan buku pelajaran membaca terbitan Ladybird. Apalagi bukunya berat, ongkirnya mahal ahahahaha *nangis di pojokan*

The Flower Fairies Changing Seasons  adalah yang termahal setelahnya. Itu saya temui secara kebetulan di pojok buku (saya bilang "pojok" karena benar-benar di pojok!) di sebuah swalayan yang gak saya sangka-sangka punya koleksi buku impor yang lumayan <3
Isinya cantiiiiik bener. Dan bisa dimain-mainin (?) dengan narik gambarnya ke bawah supaya gambarnya berganti rupa hehehe~

Balalaika isinya benar-benar cantik dengan ilustrasi-ilustrasi perempuannya yang menawan. Recommended banget. Bukan impor, dan bisa ditemui di toko-toko buku lokal. Diterbitkan oleh Penerbit Erlangga Kids tahun 2009.

Sementara Balalaika menang dengan ilustrasinya yang cantik, Ekor si Paus punya ilustrasi yang berkesan "ajaib" dan cute. Asik banget ngeliat isinya yang warna-warni. Sama, diterbitin sama Erlangga juga, jadi bisa ditemui di toko-toko buku lokal.

Balalaika, Ekor si Paus, dan A Kiss Goodnight saya beli saat ada bazaar buku murah di Depok. Bahagia bangeeeeet dapet buku-buku bagus dengan harga murah!! Hehehehe~ Kalau ada yang murah, napa harus beli yang mahal kan?

Udah, udah. Lain kali saya pamer (?) koleksi buku-buku saya yang lain lagi hehehehe └(★o★)┐

Review Novel: The Penderwicks


Sederhana, cuma cerita soal liburan musim panas keluarga Penderwicks. Ya, novel ini HANYA menceritakan soal apa yang terjadi selama liburan musim panas.

Buku yang lembut, heart-warming, soal keluarga dan persahabatan.  Karakterisasinya juga kuat. Padahal keluarga Penderwicks punya empat anak perempuan, tapi saya bisa mengenali mereka hanya dari dialognya ;)

Saya sukaaaaaa karakter Jeffrey di cerita ini. Sampai-sampai setelah membaca buku ini, saya menulis cerita dengan tokoh anak laki-laki seperti Jeffrey :P


Review dan rating saya mengenai buku ini bisa dilihat juga di Goodreads: https://www.goodreads.com/review/show/279980616?book_show_action=false