Bernard dan Lil (Beruang dan Monyet Kecil)
Duniamimpigie
“Kau yakin ini tempatnya, Lil?”
Pria dengan ukuran tubuh yang membuatnya berkesan mirip beruang itu bertanya, sekedar memastikan.
Yang ditanya kontan melancarkan tendangan ke betis si beruang―dengan tingginya itu, hanya sebatas itu yang mampu kakinya capai. “Sudah dari tadi kubilang, bukan! Otakmu tuh otak ikan, ya? Atau udang? Bernard, kau tolol banget sih,” suara nyaring anak kecil menyusul.
Tidak sakit, bahkan tidak berasa apa-apa; tendangan itu terlalu ringan dan kecil untuk si beruang.
“Hei, kalau selalu ngomong kasar begitu, kau tidak akan tumbuh tinggi, Lil. Dan panggilanmu akan terus ‘
Lil’ meski kau sudah tua nanti,” kekehnya yang berlanjut menjadi derai tawa singkat. Jemarinya yang raksasa itu mengacak-acak topi pet yang menutupi rambut pirang kusam anak kecil di sampingnya―saking jauhnya perbedaan tinggi mereka, hanya ujung jemari sang beruang yang bisa menyentuh si bocah.
“Jadi, siapa yang akan membuka pintu ini? Aku? Atau kau?” balas si bocah sambil menepis jemari si beruang dari kepalanya dan membetulkan posisi topi petnya. Dari saku kanan jaketnya lantas ia mengeluarkan serenceng benda logam: beragam ukuran peniti, kawat besi, jepit rambut, sampai kunci kecil. “Aku yakin punya yang untuk jenis pintu ini,” imbuhnya sambil memilah-milah, lidahnya menyisiri bagian dalam deretan gigi atasnya bolak-balik—kebiasaannya saat berkonsentrasi.
“Tergantung mau dilakukan secara heboh atau tidak, Lil,” balas si beruang untuk pertanyaan si bocah. “Aku sih suka yang heboh,” lanjutnya, ada kesan geli dalam suaranya.
“Dan aku tidak,” pungkas si bocah sambil mulai memasukkan sebuah peniti berukuran sedang ke lubang kunci di pintu di hadapan mereka.
Si beruang yang dipanggil Bernard hanya angkat bahu. “Kalau aku yang kerjakan, hanya butuh satu detik untuk membuka pintu ini―bahkan mungkin tidak sampai. Kalau kau...” dia menimbang sejenak, “kali ini mungkin lima menit?”
“Tiga.”
“Baik, baik. Lima,” disusul dengus tawa mengejek saat si bocah memelototinya jengkel. “Orang bebas berpendapat, Lil,” ujarnya membela diri, yang sayangnya, membuat bocah emosian itu akhirnya meledak.