Cek di sini

Rabu, 18 Agustus 2021

[Cerpen] Teruntukmu, Pemberi Cokelat Hangat

 

Teruntukmu, Pemberi Cokelat Hangat

(Duniamimpigie)

 

Halo, apa kabarmu malam ini?

Aku sedang menyeduh cokelat instan kesukaanku, yang tiap kalinya mengingatkanku akanmu.

Ingatkah? Dulu kau yang mengenalkanku pada cokelat instan merek ini. Katamu kala itu, sebagai permintaan maaf sebab telah meninggalkanku sendiri dan pergi lebih dulu bersama teman-temanmu.

Padahal bagiku tak masalah. Lantaran aku sendiri yang datang tanpa diundang, tiba-tiba mengabarimu tengah hari aku sedang dalam perjalanan ke tempatmu, tanpa tahu-menahu kau sedang makan siang bersama rekan-rekan kerjamu.

Beruntung aku kenal beberapa di antara mereka dan—aku tahu kalian akan menyilakanku—kau membiarkanku bergabung. Aku tahu kau dan kawan-kawanmu akan menungguku hingga usai bersantap, maka aku sengaja memilih menu kecil. Toh, kau dan mereka harus segera kembali ke tempat kerja, bukan?

Petangnya, kau buru-buru menjemputku di restoran yang sama. Yang pertama kaulakukan, menyerahkan satu bingkisan berpita. Isinya: satu saset minuman cokelat instan, beberapa butir permen keras, satu bungkus biskuit cokelat, dan boneka penguin kecil yang bisa digunakan sebagai gantungan kunci. Mirip bingkisan ulang tahun anak-anak, pikirku kala itu.

Yang pertama kauucapkan, “Maaf, siang tadi aku meninggalkanmu buru-buru.”

Padahal sebetulnya kamu tidak salah. Dan kamu tidak perlu minta maaf. Apalagi sampai memberiku hadiah.

Kendati begitu, perasaan senang yang kautawarkan itu tetap kuterima sepenuh hati.

Aku terbayang-bayang, kau bingung mau memberi apa sebagai permintaan maaf untukku. Tapi tak ada tempat yang bisa disinggahi di kantormu selain koperasi karyawan yang alakadarnya.

Di situlah kau membeli minuman bubuk instan, biskuit, dan permen keras yang kauhadiahi kepadaku. Kutebak, sederhana alasannya: kamu pilih saja apa-apa yang kausendiri sukai.

Lantas, penguin berpitanya? Kutebak-tebak itu sampel produk buatanmu di kantor—barangkali yang ditolak, sebab aku tidak pernah melihat penguin itu sekali pun di pasaran—sebab pekerjaanmu memang itu, bukan? Mendesain mainan anak-anak? Aku tahu, kok.

Walau bukan hadiah yang rupawan pun mewah, bingkisan berpita sederhana nan murah itu menjadi kebahagiaan kecil yang kuingat senantiasa.

Kini, dua tahun berlalu, biskuit cokelatnya bukan penganan favoritku. Pun sejak kecil aku lebih menyukai permen empuk dibanding permen keras. Penguin beserta pitanya tersimpan rapi di kotak sepatu berwarna merah muda yang kualihfungsikan menjadi kotak-penyimpanan-barang-tak-berharga-yang-berharga.

Bagaimana dengan minuman cokelat instan tersebut?

Sedang kuminum di malam yang dingin ini. Membuatku terkenang akan kejadian hari itu yang membuatku terkenang akanmu.

Dulu kau memberiku dengan perasaan maaf.

Kini kuseduh dengan perasaan terima kasih.

Jadi, bagaimana kabarmu, malam ini? Masihkah cokelat instan ini minuman favoritmu?

Semoga kita bisa bertemu muka lagi di tahun ini, sebab rindu telah merajalela, kutahan-tahan hingga setahun penuh.

Dan, nanti, mari kita minum cokelat hangat bersama, lagi.

 

TAMAT

02.01.2021




— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Kisah mini ini saya tulis untuk salah seorang sahabat di kantor. Diambil dari kisah nyata (yang didramatisir, tentu saja). Orangnya sendiri sudah baca dan komennya cuma, “Eh? Aku gak ingat pernah kasih kamu minuman cokelat?” wkwkwkwk~

Dan, oh, saya kira-kiranya akan mulai membuka komisi menulis fiksi lagi dalam waktu dekat. Jika kalian tertarik, silakan hubungi saya saja. Trims!