Cek di sini

Senin, 24 Agustus 2020

Fanfic SabiGiyuu - Limun Soda


Di hari yang terik sebelum memasuki libur musim panas itu, Sabito jarang-jarang berkesempatan menghabiskan istirahat makan siang bersama dua sahabat terbaiknya, Makomo dan Giyuu. Kali ini, mereka memilih duduk di bawah bayang-bayang di atap sekolah yang berangin.


Biasanya, kalau tidak ada kegiatan di Klub Musik Tiup, Makomo sibuk dengan kawan-kawan perempuannya, makan bekal bersama di kelas atau di bawah pohon rindang di halaman sekolah sambil membicarakan apa-apa yang biasa dibicarakan di kalangan siswi SMA.

Sementara Giyuu, biasanya sibuk dengan tugasnya di OSIS atau dipanggil guru untuk membantu segala macam rupa yang seolah tiada habisnya. Ia sampai dijuluki Seksi Sibuk saking sulitnya ditemui saat istirahat siang.

Sementara Sabito sendirisebagai yang paling luang di antara trio sahabat itupemuda berambut sewarna persik ini yang paling fleksibel di jam istirahat. Bisa jadi dia makan berat di kantin bersama gerombolannya, melangsungkan diskusi panas soal gim terbaru sambil mengunyah roti isi di kelas, atau sekadar luntang-lantung di koridor: menyapa balik siapa pun yang menyapanya. Ia juga diminta melatih adik kelasnya di Klub Kendo, sesekali.

Namun, hari itu berbeda. Ketiganya berkumpul.

Makomo dengan bekal buatan ibunya: dua nasi kepal kecil, telur dadar manis, udang goreng tepung, tomat mini dan wortel berbentuk bunga, sosis gurita lengkap dengan bendera dari tusuk gigi, dan sedikit saus tomat di wadah terpisah. Minumnya susu cokelat, beli di mesin penjual yang paling ramai di kantin.

Giyuu dengan bekal seadanya: roti isi daging rangkap dua, beli di Bibi Kantin langganan. Minumnya limun sodafavoritnya sepanjang waktubeli di mesin penjual di pelataran parkir sepeda sekolah, karena memang hanya ada di situ.

Sabito dengan bekal buatan sendiri: nasi putih bertabur wijen di kotak paling besar, beberapa potong ayam kecap tanpa tulang, telur mata sapi, dan salad berisi irisan daun selada, wortel, dan brokoli yang dituang mayones. Minumnya limun sodafavoritnya di musim panasbelinya bersama Giyuu.

Rasa limun soda di mesin penjual di pelataran parkir sepeda sekolah itu unik: sedikit manis, sedikit masam, dengan aksen meletup-letup di dalam mulut.

Paduannya sangat pas. Favorit.

Sabito pernah mencoba beli limun soda di kios dan mesin penjual yang berada di sekitar rumahnyakarena waktu itu sekolah libur panjang dan dia tiba-tiba ingin sekali minum limun soda, tapi tak pernah ia temukan yang serupa dengan yang dijual di mesin penjual di pelataran parkir sepeda sekolahnya.

Makanya, limun soda di pelataran parkir sepeda sekolahnyayang dikemas dalam botol plastik transparan dan label kuning terang dan tutup putarnyaitu terkesan bagai rahasia yang tak boleh diketahui sembarang orang.

Saking panasnya siang itu, Sabito menangkupkan kedua tangan di botol limun sodanya yang masih setengah penuh, membasahi keduanya.

Dingin.

Tiba-tiba satu pikiran iseng terlintas di benaknya.

Cengar-cengir, ia sekonyong-konyong menempelkan sebelah telapak tangannya yang sedingin es ke pipi Giyuu.

“!!!” Pemuda berambut gelap itu langsung terlonjak kaget.

Botol limun soda Giyuu yang ditaruh di samping kakinya, tertendang, lantas terlempar, menabrak botol limun soda Sabito, dan menggelinding bersama-sama ke ujung pagar pembatas.

“Pffft!” kekeh Sabito saat melihat Giyuudengan tampang datar yang ikonik darinyabangkit dari duduk untuk memungut kedua limun soda mereka.

“Bocah,” respons Makomo seraya menggeleng-gelengkan kepala. Dan, “Setop, Sabito,” sergahnya, sebelum telapak tangan Sabito yang masih basah sempat menyentuh pipi gadis itu. Sabito mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, tawa masih mewarnai wajahnya.

“…” Giyuu menghela napas, terus melempar salah satu botol di tangannya secara sembarang ke arah Sabito yang dengan cekatan menangkapnya.

Satu botol sisa di tangannya, ia buka dan teguk, masih sambil bersandar di pagar pembatas.

Sebelum tiba-tiba terdengar suara Sabito berseru, “Yang ini bukan punyaku lho, Giyuu!”

Giyuu mengangkat sebelah alisnya.

“Punyaku masih setengah penuh,” jelas Sabito lagi.

Giyuu melirik botol yang masih tergigit di mulutnya: masih setengah penuh. “Punyaku mestinya sudah hampir habis,” ingatnya, baru saja.

Sabito mengangguk.

Giyuu melepas botol limun soda itu dari bibirnyamasih tercecap rasa masam dan manis di lidah, memutar tutupnya rapat-rapat, lalu, “Tukar lagi?” tawarnya kepada Sabito.

Belum sempat Sabito merespons, Makomo keburu berseru, “Kalian serius?? Eugh, tukar-tukaran minum, jijik!” sambil bergidik kecil.

Sabito tidak langsung menjawab. Menimbang-nimbang perkataan Makomo barusan:

Jijik.

Jijik?

Heran. Bingung.

Bukan hanya ‘jijik’, bahkan perasaan ‘canggung’ saja tidak kepikiran. Toh, hanya bertukar minum sama Giyuu. Tidak masalah. Sama sekali.

Ia menolak membayangkan jika bertukar minuman dengan Makomo. Rasa ‘canggung’ setidak-tidaknya akan muncul. Berbeda halnya dengan Giyuu.

Berbeda?

Apanya yang berbeda?

Sabito melirik Giyuu, yang hanya balas menatapnya dalam diam. Menanti jawaban darinya.

Sabito mengambil jalan tengah, “Ambil saja yang itu, Giyuu,” balasnya sambil mengangkat bahu acuh tak acuh.

Giyuu mengangguk.

Namun, lantas bertanya, polos, “Tapi kamu baru minum sedikit dan yang punyaku itu sudah hampir habis.”

Kontan Sabito ingin membalasnya panik, “Bukan itu masalah yang mestinya kamu pikirkan!” tapi karena tampaknya mukanya akan semerah kepiting rebus lebih dulu sebelum kalimat itu tuntas terucap, Sabito terpaksa hanya membalas singkat, “Tidak apa, tinggal beli lagi.”

Makomo menusuk kotak susu cokelatnya dengan sedotan, kemudian bergumam, “Untung minuman favoritku beda dengan kalian. Lagian, apa enaknya limun soda yang itu? Merek itu jarang dijual karena enggak banyak yang suka.”

Terlintas di benak Sabito, sekejap: untung minuman favoritku sama dengan Giyuu.

Makomo melirik Sabito, matanya memicing, “Dasar, selera kalian aneh.”

Buru-buru pemuda itu memutar tutup botol limun sodanya, berharap pikiran-pikiran kacau itu hilang dari benaknya.

Lalu menempelkan bibirnya di ujung botol.

Dan meneguknya. Sedikit.

Rasa limun yang sedikit manis, sedikit masam, menguar di lidahnya; dan soda menambah aksen meletup-letup di dalam mulutnya

atau di dalam dadanya?


- TAMAT -


Awalnya ditulis sebagai entry fanfic untuk zine SabiGiyuu Indonesia: Breath of Water, tapi yang ini sudah resmi ditolak panitia jadi boleh disebar. Si Gie ngajuin dua fanfic sebetulnya, panitia lebih memilih yang satu lagi, yang genre fantasi historikal--zaman Om Oda Nobunaga, tapi si Om batal muncul gegara gak cukup batasan kata lol. Terus, si Gie pikir yang ini sayang banget disimpan gitu aja, soalnya secara pribadi si Gie sukaaaa banget sama yang ini: simpel tapi manis. Lumayan buat materi promosi zine (makanya beli nanti kalo udah mulai dijual yaaaakkk!! Si Gie bikin BL gitu lho! Dipublikasi gitu lho! Si Gie udah lebih dewasa sekarang!! /gak/). Btw, ini fanfic pertama si Gie setelah... eeer... 8 tahun? 9 tahun? Belum sampai 10 tahun sih yang pasti. Yeaaaayyy~~~ ini patut dirayakan!!

Btw, buat kalian yang penasaran dengan zine-nya, bisa langsung ke page-nya.

FB: Breath of Water - SabiGiyuu Zine (Facebook) 

Twitter: Breath of Water - SabiGiyuu Zine (Twitter)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar